Popular Post

Selamat datang di www.correyananta.com, saya correy ananta selaku pembuat website ini merasa bangga ketika anda berkenan untuk berkunjung ke website saya. saya adalah seorang mahasiswa di surya university, saya mengambil program studi teknik fisika energi, kami disini lebih di fokuskan untuk belajar dalam membuat inovasi-inovasi yang baru dan efektif. inovasi-inovasi tersebut lebih ke peran penggunaan bahan bakar baru dan terbarukan, seperti geothermal, solar cell, hydro and ocean energy , dan wind energy.

Posted by : Correy Ananta Minggu, 01 Maret 2015






1.   Vaksin meningitis
Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit meningitis dapat disebabkan mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dari darah ke cairan otak. Daerah "sabuk meningitis" di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah sabuk meningitis ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita meningitis dengan 25.000 korban jiwa.

Pencegahan meningitis paling efektif adalah dengan imunisasi (vaksinasi) meningitis. Vaksinasi meningitis paling efektif dan aman dan dapat memberikan perlindungan selama tiga tahun terhadap serangan penyakit meningitis. Vaksin meningitis dianjurkan bagi orang lanjut usia dan penderita penyakit kronis seperti asma, paru-paru kronis, jantung, diabetes, ginjal, gangguan sistem imunitas tubuh, kelainan darah, dll. Vaksin meningitis diwajibkan bagi jemaah haji. Tanpa imunisasi meningitis, dikhawatirkan para jemaah yang tertular meningitis ketika menunaikan ibadah haji, akan membawa pulang kuman meningitis dan menimbulkan wabah meningitis di Indonesia.

2.   Vaksin Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual atau kontak darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual, dan lebih berbahaya dibanding hepatitis A.

Masa Inkubasi

Waktu terekspos sampai kena penyakit hepatitis A kira-kira 2 sampai 6 minggu. Penderita hepatitis A akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu. Pada beberapa kasus hepatitis A, terjadi muntah-muntah terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam hepatitis A adalah demam terus menerus, tidak seperti demam lainnya yaitu pada demam berdarah, TBC, Typhus, dll.

Gejala

Seringkali tidak ada gejala hepatitis A bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan (3) stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis hepatitis A, dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

Masa pengasingan yang disarankan

Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien hepatitis A disarankan menjaga kebersihan.

Pencegahan

Penularan virus hepatitis A dicegah dengan menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk vaksin hepatitis A sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.
3.   Vaksin Hepatitis B
Penyakit hepatitis B disebabkan virus hepatitis B (VHB), anggota family Hepadnavirus. Virus hepatitis B menyebabkan peradangan hati akut atau menahun, yang pada sebagian kasus berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Hepatitis B mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.

Penyebab hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetrakloridachlorpromazinechloroformarsenfosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, juga bisa menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan racun dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika terlalu banyak zat kimia beracun masuk ke dalam tubuh, hati bisa rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain. 

Perawatan

Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat cukup.

Hepatitis B akut umumnya sembuh. Hanya 10% menjadi hepatitis B kronik (menahun) dan berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini beberapa perawatan hepatitis B kronis dapat meningkatkan kesempatan hidup bagi penderita hepatitis B. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa (Uniferon).

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional hepatitis B. Tumbuhan obat atau herbal yang digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan hepatitis di antaranya mempunyai efek hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat untuk pengobatan hepatitis, antara lain temulawak, kunyit, sambiloto, meniran, daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi, akar alang-alang, rumput mutiara, pegagan, buah kacapiring, buah mengkudu, jombang.

Pencegahan

Penularan virus hepatitis B dicegah dengan memelihara gaya hidup bersih sehat, misalnya menghindari narkotika, tato, tintik badan, hubungan homoseksual, hubungan seks multi partner. Selain itu, pencegahan paling efektif terhadap hepatitis B adalah dengan imunisasi (vaksinasi) hepatitis B. Imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu bulan pertama, dua bulan dan enam bulan kemudian. Imunisasi hepatitis B dianjurkan bagi setiap orang dari semua golongan umur. Kelompok yang paling membutuhkan imunisasi hepatitis B yaitu bayi baru lahir, orang lanjut usia, petugas kesehatan, penderita penyakit kronis (seperti gagal ginjal, diabetes, jantung koroner), pasangan yang hendak menikah, wanita pra kehamilan.




4.   Vaksin DPT (Depturi, Pertusis, Tetanus)

Penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung, berakibat gagal jantung. Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.

Pencegahan difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Pemberian imunisasi DPT akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Efek samping imunisasi DPT yang mungkin timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit. Cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.


Penyakit pertusis atau batuk rejan atau “Batuk Seratus Hari“ disebabkan bakteri Bordetella Pertussis. Gejala pertusis khas yaitu batuk terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan dalam dan berbunyi melengking.

Penularan bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin). Bakteri pertusis juga dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Pencegahan pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.


Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat kotor dan tidak steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus menyebabkan kematian bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan sudah maju, tingkat kematian akibat neonatal tetanus dapat ditekan. Selain itu, antibodi dari ibu kepada jabang bayinya juga mencegah neonatal tetanus.

Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin tetanospasmin. Tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan urat saraf, terutama saraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka terpotong, terbakar, aborsi, narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak.

Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala mulai timbul di hari ketujuh. Gejala neonatal tetanus mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun: 25, 30, 35 dst. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan steril.
5.   Vaksin HPV
Virus HPV (Human Papilloma Virus) sangat umum dijumpai di seluruh dunia. Virus HPV berbasis DNA dan stabil secara genetis. Stabilitas genetik ini berarti infeksi virus HPV dapat dicegah melalui vaksinasi HPV untuk jangka waktu lama.

HPV Penyebab Kanker Serviks

Kanker serviks (leher rahim) disebabkan infeksi virus HPV tipe onkogenik (berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukti bahwa HPV merupakan penyebab utama kanker serviks. Angka prevalensi karsinoma serviks di dunia adalah 99,7%.

HPV Onkogenik

Setiap wanita berisiko terhadap infeksi virus HPV onkogenik, yang dapat mengakibatkan kanker serviks (leher rahim). Kurang lebih 100 tipe virus HPV telah teridentifikasi. 40 tipe virus HPV menyerang wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 15 virus HPV merupakan tipe onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi pra kanker pada permukaan serviks.

Secara global, virus HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan 70% dari seluruh kejadian kanker serviks. Selain itu, virus HPV tipe 45 dan 31 menduduki urutan ketiga dan keempat tipe HPV penyebab kanker serviks. Tipe 16, 18, 45 dan 31 secara bersamaan bertanggung jawab atas 80% kejadian kanker serviks di seluruh dunia.

Penularan HPV

Setiap wanita berisiko terkena infeksi virus HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks (leher rahim). Virus HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktivitas seksual. Penularan virus HPV tidak membutuhkan penetrasi seksual. Cukup melalui sentuhan kulit di wilayah genital (skin to skin genital contact) saja, virus HPV sudah bisa menular.

Dengan demikian, setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko terkena kanker serviks. Diperkirakan 50-80% wanita dapat terkena infeksi virus HPV sepanjang hidupnya dan 50% infeksi tersebut merupakan tipe onkogenik.

Deteksi HPV

Infeksi virus HPV di area genital dapat dikenali secara klinis dan dapat didiagnosis secara pasti melalui metode-metode deteksi molekuler.

Pencegahan Kanker Serviks

Seiring perkembangan vaksin HPV untuk mencegah infeksi HPV onkogenik, vaksinasi melawan kanker serviks telah menjadi kenyataan. Tersedia vaksin HPV yang menargetkan HPV 16 dan HPV 18 yang mampu mencegah 70% kanker serviks.

Beberapa model memprediksi bahwa vaksin HPV bersamaan dengan screening akan mengurangi resiko kanker serviks dibandingkan hanya melakukan screening saja, dan secara signifikan akan mengurangi hasil screening abnormal yang membutuhkan tindakan lebih lanjut.

Vaksinasi terbaik yang dapat dikembangkan untuk melawan kanker serviks adalah kombinasi vaksin HPV yang dapat memberikan cakupan lebih luas terhadap tipe-tipe HPV onkogenik dan mampu memberikan perlindungan lebih lama.


- Copyright © CorreyAnanta.com - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -