Popular Post

Selamat datang di www.correyananta.com, saya correy ananta selaku pembuat website ini merasa bangga ketika anda berkenan untuk berkunjung ke website saya. saya adalah seorang mahasiswa di surya university, saya mengambil program studi teknik fisika energi, kami disini lebih di fokuskan untuk belajar dalam membuat inovasi-inovasi yang baru dan efektif. inovasi-inovasi tersebut lebih ke peran penggunaan bahan bakar baru dan terbarukan, seperti geothermal, solar cell, hydro and ocean energy , dan wind energy.

Posted by : Correy Ananta Senin, 11 April 2016


LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II
PENGUKURAN TEGANGAN, ARUS, dan HAMBATAN LISTRIK




Oleh :
CORREY ANANTA ADHILAKSMA
1400510001




LABORATORIUM FISIKA DASAR
PHYSICS ENERGY ENGGINEERING
SURYA UNIVERSITY
2015
  1. Tujuan
Mengetahui pengukuran tegangan, arus, dan hambatan listrik pada arus AC dan DC
  1. Dasar Teori
  1. Arus DC
Arus searah (DC) adalah aliran elektron dari suatu titik yang energi potensialnya tinggi ke titik lain yang energi potensialnya lebih rendah. Sumber arus listrik searah biasanya adalah baterai (termasuk aki dan Elemen Volta) dan panel surya. Arus searah biasanya mengalir pada sebuah konduktor, walaupun mungkin saja arus searah mengalir pada semi-konduktor, isolator, dan ruang hampa udara.
Gambar 1.1 gerakan d’arsonval
Ampere meter arus searah atau sering disebut ampere meter DC adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui besarnya arus listrik (DC) yang mengalir pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Ampere meter menggunakan gerakan d’Arsonval. Alat ini terdiri atas koil bervipot yang dapat beroprasi ketika dalam medan magnet yang dilekatkan ke sebuah pegas spiral yang cenderung akan mengembalikan koil tersebut ke posisi ekuilibrum tertentu.
Prinsip Kerja DC Power Supply (Catu Daya/Adaptor)
Gambar 1.2 Pencatu daya DC
Pencatu daya atau biasa disebut power supply adalah suatu alat atau perangkat elektronik yang berfungsi mengubah arus AC menjadi arus DC yang berguna untuk memberi daya ke suatu perangkat elektronik yang memiliki tegangan lebih rendah dalam pengoperasiannya.
Kelebihan dan Kekurangan arus DC
  • Kekurangan arus DC adalah adanya keterbatasan pasokan listrik, maka dari itu perlu melakukan isi ulang/cas
  • Kelebihan arus DC adalah dapat dibawa kemana saja.
  1. Arus AC
Arus listrik AC (alternating current), merupakan listrik yang besarnya dan arah arusnya selalu berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu gelombang yang dinamakan dengan gelombang sinus atau lebih lengkapnya sinusoida. Di Indonesia sendiri listrik bolak-balik (AC) dipelihara dan berada dibawah naungan PLN, Indonesia menerapkan listrik bolak-balik dengan frekuensi 50Hz. Tegangan standar yang diterapkan di Indonesia untuk listrik bolak-balik 1 (satu) fasa adalah 220 volt. Tegangan dan frekuensi ini secara umum banyak digunakan dalam bidang perkantoran, industri, bangunan, toko dan perumahan, kecuali jika anda tidak berlangganan listrik PLN. Arus ini terjadi pada gelombang dengan frekuensi sebanyak 50 kali dalam 1 detik atau HZ pada simbolnya.. Arus AC dapat dibesarkan tingkat tegangannya dengan menggunakan alat yang disebut transformator step up. Jika voltase naik maka ampere (i) akan turun dan begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah persamaan tegangan sinusoida . Di mana merupakan nilai maksimum V dan f adalah frekuensi alternasi yang sama dengan resiprok dari periode T (waktu satu siklus penuh).
Gambar 2.1 Contoh tegangan ac
Multimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur berbagai jenis satuan Elektronika dalam satu alat. Beberapa fungsi pengukuran dasar yang sering ditemukan dalam Multimeter adalah kemampuannya dalam mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan / resistansi). Multimeter disebut juga dengan istilah Multitester atau AVO Meter (Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM). Multimeter dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar tegangan AC. Dan yang perlu diperhatikan adalah memindahkan sakelar pada VAC. Sedangkan batas ukur VAC ada 5 kedudukan yaitu : ACV 10, ACV 50, ACV 250, ACV 500 dan ACV 1000.
Kelebihan dan Kekurangan arus AC
  • Kelebihan arus AC adalah dapat dirubah jumlah skala tegangannya, baik itu dinaikkan dan diturunkan.
  • Kekurangan AC tidak dapat dibawa, hal ini karena arus AC tidak bisa ditempatkan pada suatu wadah seperti baterai dan lainnya.

  1. Prinsip Kerja
Alat dan Bahan
  1. Catu daya
  2. Resistor 50Ω, 100Ω, 500Ω
  3. Lampu 12 V
  4. Dioda
  5. Multimeter analog & digital

Langkah Kerja :
Arus DC
  1. Pengukuran Tegangan
    1. Pada eksperimen pertama ini kami menyiapkan catu daya, resistor 50 dan 500, dan multimeter analog.
    2. Setelah itu kami menyusun rangkaian listrik yang ditunjukan pada gambar dibawah ini.
    1. Setelah tersusun sesuai dengan gambar, kami mengukur tegangan yang diberikan catu daya yang melewati hambatan 50. Volt yang di berikan catu daya berkisar antara 2V-12V. Multimeter analog di stel pada skala 10.
    2. Setelah itu, hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter kami catat.
    3. Setelah dicatat, Kami mengulangi langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk hambatan 500 .
  1. Pengukuran Arus
    1. Pada eksperimen kedua ini, kami menyiapkan catu daya, resistor 50, 100 dan 500, dan multimeter analog.
    2. Setelah itu, kami menyusun rangkaian listrik yang telah ditunjukan pada gambar dibawah ini
    1. Setelah terusun sesuai dengan gambar, kami mengukur arus yang diberikan catu daya yang melewati hambatan 50. Volt yang di berikan catu daya berkisar antara 2V-12V. Multimeter analog di stel pada skala 0,25mA dan 25 mA.
    2. Setelah itu, hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter kami catat.
    3. Setelah dicatat, Kami mengulangi langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk hambatan 100 dan 500 .
  1. Pengukuran Hambatan
    1. Pada eksperimen ketiga ini, kami menyiapkan catu daya, resistor 50 dan 100, dan multimeter analog.
    2. Kami merangkai kabel dari catu daya ke resistor lalu disambungkan lagi ke multimeter.
    3. Mengatur skala pada multimeter x1, x10 dan x100. Untuk resistor 50 dan 100. Volt yang digunakan pada catu daya adalah 2 V.
    4. Hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter, kemudian kami catat.
  2. Hambatan Sebuah Filamen Tungsten
    1. Pada eksperimen keempat ini, kami menyiapkan catu daya, lampu, resistor 50 dan 100, dan multimeter analog.
    2. Setelah itu, kami menyusun rangkaian listrik yang telah ditunjukan pada gambar dibawah ini
    1. Setelah tersusun sesuai dengan gambar, kami kemudian mengukur tegangan V1 dan V2 yang diberikan catu daya yang melewati hambatan 50, kemudian lampu. Volt yang diberikan catu daya berkisar antara 2V-12V. Multimeter analog, di stel pada skala 10 dan 50.
    2. Setelah itu, hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter kami catat.
    3. Setelah dicatat, Kami mengulangi langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk hambatan 100 .
  1. Dioda Semikonduktor
    1. Pada eksperimen kelima ini, kami menyiapkan catu daya, resistor 100, dioda germanium dan multimeter analog
    2. Kemudian kami menyusun rangkaiannya, pada eksperimen kelima ini, rangkaiannya sama dengan eksperimen keempat, hanya lampu pada eksperimen keempat diganti dengan dioda germanium.
    3. Pengkuran menggunakan resistor 50 dan 100. Volt yang diberikan oleh catu daya berkisar antara 2V-12V. Multimeter analog, di stel pada skala 10 dan 50.
    4. Pengukuran kami lakukan sebanyak dua kali, yang pertama dioda arus maju dan yang kedua dioda arus mundur.
Arus AC
  1. Pengukuran Tegangan
  1. Pada eksperimen pertama ini kami menyiapkan catu daya, resistor 50 dan 100, dan multimeter analog.
  2. Kami membuat rangkaian dari catu daya (Output AC) disambungkan ke resistor 50, kemudian dihubungkan dengan multimeter. (Tegangan oleh catu daya (output AC) adalah V1 dan tegangan yg ada di multimeter adalah V2).
  3. Setelah itu, hasil yang telah didapatkan dicatat.
  1. Kontrol Output
  1. Pada eksperimen pertama ini kami menyiapkan catu daya, resistor 50 dan 100, dan multimeter analog.
  2. Kami membuat rangkaian dari catu daya (Output AC) disambungkan ke resistor 50, kemudian dihubungkan dengan multimeter.
  3. Kami melakukan pengukuran menggunakan volt=2V-12V dan skala 10 dan 50.
  4. Setelah itu, hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter kami catat.
  5. Setelah dicatat, Kami mengulangi langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk hambatan 100 .
  1. Karakteristik Rectifier
  1. Pengerjaannya sama dengan eksperimen kedua, tinggal pengukuran tegangan ini dibandingkan dengan arus DC.
  1. Impedansi Internal Catu Daya
  1. Pada eksperimen pertama ini kami menyiapkan catu daya, resistor 50, 100 dan 500, dan multimeter digital.
  2. Kami membuat rangkaian dari catu daya (Output AC) disambungkan ke resistor 50, kemudian dihubungkan dengan multimeter.
  3. Kami melakukan pengukuran menggunakan volt=2V-12V dan skala 2,5mA dan 25 mA.
  4. Setelah itu, hasil yang telah ditunjukan oleh multimeter kami catat.
  5. Setelah dicatat, Kami mengulangi langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk hambatan 100 dan 500.



  1. Tabel Pengamatan
Arus DC
Percobaan 1 .1



Percobaan 1.2

Hambatan
50
ohm


Hambatan
500
ohm
No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)
1
2
2


1
2
2,2
2
4
4


2
4
4
3
6
5.8


3
6
6
4
8
7.7


4
8
7.8
5
10
9


5
10
9,2
6
12
12


6
12
13
Skala
10



Skala
10


Percobaan 2.1



Percobaan 2.2

Hambatan
100
ohm


Hambatan
50
ohm
skala
0.25
mA


skala
0.25
mA
No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)


No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)
1
2
20


1
2
45
2
4
40


2
4
77,5
3
6
55


3
6
115
4
8
72,5


4
8
152,5
5
10
90


5
10
190
6
12
109


6
12
227,5









Percobaan 2.3

Hambatan
500
ohm
skala
0.25
mA
No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)
1
2
4
2
4
8.25
3
6
12
4
8
15.75
5
10
19.75
6
12
23.5

Percobaan 3.1



Percobaan 3.2

Hambatan
50
ohm


Hambatan
100
ohm
No
Skala
Hambatan (ohm)


No
Skala
Hambatan (ohm)
1
10
51


1
1
110
2
1
60


2
10
110
3
100
40


3
100
90










Percobaan 4.1



Percobaan 4.2

Hambatan
50
ohm


Hambatan
100
ohm
No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
1
2
1.8


1
2
2.1
2
4
3.8


2
4
3.9
3
6
5.8


3
6
6.1
4
8
7.9


4
8
7.9
5
10
9.85


5
10
9.81
6
12
11.8


6
12
11.5








No
Tegangan Catu Daya (V)
V2 (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
V2 (V)
1
2
0.2


1
2
0.0625
2
4
0.6


2
4
0.2
3
6
1


3
6
0.3
4
8
2


4
8
0.525
5
10
3


5
10
0.9
6
12
4


6
12
1.5









Percobaan 5.1



Percobaan 5.2

Arusmaju




Arus mundur

hambatan
100
ohm


hambatan
100
ohm
No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
1
2
2.1


1
2
1.9
2
4
4.1


2
4
4
3
6
6


3
6
6
4
8
8.1


4
8
8
5
10
9.8


5
10
10
6
12
11.8


6
12
12








No
Tegangan Catu Daya (V)
V2 (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
V2 (V)
1
2
2


1
2
0.4
2
4
4


2
4
0.55
3
6
6


3
6
0.6
4
8
8


4
8
0.625
5
10
9.8


5
10
0.65
6
12
11.8


6
12
0,6625














Arus AC
Percobaan 1.1




Percobaan 1.2


Hambatan
100
ohm



Hambatan
50
ohm

No
Tegangan Catu Daya (V1)
Skala
Tegangan AC (V2)


No
Tegangan Catu Daya (V1)
Skala
Tegangan AC (V2)
1
10
250
15


1
10
250
15
2
12
50
14


2
12
50
14

Percobaan 2.1




Percobaan 2.2


Hambatan
50
ohm



Hambatan
100
ohm

No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)
1
2
50
2.1


1
2
50
2
2
4
50
5.1


2
4
50
5
3
6
50
7.5


3
6
50
7.5
4
8
50
10


4
8
50
10
5
10
50
12


5
10
50
12
6
12
50
14


6
12
50
14

Percobaan 3.1




Percobaan 3.2

Hambatan
50
ohm



Hambatan
50
ohm
No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)
1
2
50
2.1


1
2
2.2
2
4
50
5.1


2
4
4
3
6
50
7.5


3
6
5.8
4
8
50
10


4
8
7.7
5
10
50
12


5
10
9
6
12
50
14


6
12
12









Hambatan
100
ohm



Hambatan
100
ohm
No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)


No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)
1
2
50
2


1
2
2.1
2
4
50
5


2
4
4.1
3
6
50
7.5


3
6
6.1
4
8
50
10


4
8
8
5
10
50
12


5
10
10
6
12
50
14


6
12
12















Percobaan 4.1




Percobaan 4.2



Percobaan 4.3

Hambatan
50
ohm



Hambatan
100
ohm


Hambatan
500
ohm
No
Arus (A)
Tegangan AC (V)



No
Arus (A)
Tegangan AC (V)


No
Arus (A)
Tegangan AC (V)
1
2.54
2.12



1
2.64
2.14


1
2.6
2.14
2
4.99
4.3



2
5.6
4.31


2
5.16
4.32

  1. Pengolahan Data
Arus DC
Percobaan 1 .1




Hambatan
50
ohm



No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)
Arus (A)
V internal (V)
R internal (ohm)
1
2
2
0.04
0
0
2
4
4
0.08
0
0
3
6
5.8
0.116
0.2
1.7241379
4
8
7.7
0.154
0.3
1.9480519
5
10
9
0.18
1
5.5555556
6
12
12
0.24
0
0
Skala
10





Percobaan 1.2




hambatan
500
ohm



No
Tegangan Catu Daya (V)
Tegangan DC (V)
Arus (A)
V internal (V)
R internal (ohm)
1
2
2.2
0.0044
-0.2
-45.4545
2
4
4
0.008
0
0
3
6
6
0.012
0
0
4
8
7.8
0.0156
0.2
12.82051
5
10
9.2
0.0184
0.8
43.47826
6
12
13
0.026
-1
-38.4615
Skala
10




Percobaan 2.1


Hambatan
100
ohm

skala
0.25
mA

No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)
R relatif
1
2
20
100
2
4
40
100
3
6
55
109.09091
4
8
72.5
110.34483
5
10
90
111.11111
6
12
109
110.09174
Percobaan 2.2


Hambatan
50
ohm

skala
0.25
mA

No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)
R relatif
1
2
45
44.4444444
2
4
77.5
51.6129032
3
6
115
52.173913
4
8
152.5
52.4590164
5
10
190
52.6315789
6
12
227.5
52.7472527




Percobaan 2.3


Hambatan
500
ohm

skala
0.25
mA

No
Tegangan Catu Daya (V)
I (mA)
R relatif
1
2
4
500
2
4
8.25
484.8484848
3
6
12
500
4
8
15.75
507.9365079
5
10
19.75
506.3291139
6
12
23.5
510.6382979
















Percobaan 3.1

Hambatan
50
Ohm
No
Skala
Hambatan (ohm)
1
10
51
2
1
60
3
100
40
Percobaan 3.2

Hambatan
100
ohm
No
Skala
Hambatan (ohm)
1
1
110
2
10
110
3
100
90

Percobaan 4.1








Hambatan
50
ohm







No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
V2 (V)
ΔV (V)
Arus (A)
R filamen (ohm)
R total
R teoritis
R relatif
1
2
1.8
0.2
1.6
0.036
5.5555556
55.555556
55.555556
0%
2
4
3.8
0.6
3.2
0.076
7.8947368
57.894737
52.631579
10%
3
6
5.8
1
4.8
0.116
8.6206897
58.62069
51.724138
13%
4
8
7.9
2
5.9
0.158
12.658228
62.658228
50.632911
24%
5
10
9.85
3
6.85
0.197
15.228426
65.228426
50.761421
29%
6
12
11.8
4
7.8
0.236
16.949153
66.949153
50.847458
32%
Percobaan 4.2








Hambatan
100
ohm







No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
V2 (V)
ΔV (V)
Arus
R filamen (v)
R total
R teoritis
R relatif
1
2
2.1
0.0625
2.0375
0.021
2.976190476
102.9762
95.2381
8%
2
4
3.9
0.2
3.7
0.039
5.128205128
105.1282
102.564
2%
3
6
6.1
0.3
5.8
0.061
4.918032787
104.918
98.3607
7%
4
8
7.9
0.525
7.375
0.079
6.64556962
106.6456
101.266
5%
5
10
9.81
0.9
8.91
0.0981
9.174311927
109.1743
101.937
7%
6
12
11.5
1.5
10
0.115
13.04347826
113.0435
104.348
8%


Percobaan 5.1



Arus maju




hambatan
100
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
V2 (V)
Arus (A)
1
2
2.1
2
0.02
2
4
4.1
4
0.04
3
6
6
6
0.06
4
8
8.1
8
0.08
5
10
9.8
9.8
0.098
6
12
11.8
11.8
0.118













Percobaan 5.2



Arus mundur



hambatan
100
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V)
V1 (V)
V2 (V)
Arus (A)
1
2
1.9
0.4
0.004
2
4
4
0.55
0.0055
3
6
6
0.6
0.006
4
8
8
0.625
0.00625
5
10
10
0.65
0.0065
6
12
12
0.06625
0.00066

Arus AC
Percobaan 1.1



Hambatan
100
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V1)
Skala
Tegangan AC (V2)
Vrms
1
10
250
15
10.6066
2
12
50
14
9.899495
Percobaan 1.2



Hambatan
50
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V1)
Skala
Tegangan AC (V2)
Vrms
1
10
250
15
10.6066
2
12
50
14
9.89949













Percobaan 2.1



Hambatan
50
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)
Tegangan DC (V)
1
2
50
2.1
2.2
2
4
50
5.1
4
3
6
50
7.5
5.8
4
8
50
10
7.7
5
10
50
12
9
6
12
50
14
12
Percobaan 2.2



Hambatan
100
ohm


No
Tegangan Catu Daya (V)
Skala
Tegangan AC (V)
Tegangan DC (V)
1
2
50
2
2.1
2
4
50
5
4.1
3
6
50
7.5
6.1
4
8
50
10
8
5
10
50
12
10
6
12
50
14
12




Percobaan 3.1

Percobaan 3.2

Percobaan 4.1




Hambatan
50
ohm



No
Tegangan Catu Daya (V)
Arus (A)
Tegangan AC (V)
Rtotal
Rinternal
1
2
2.54
2.12
0.834645669
50.83465
2
4
4.99
4.3
0.861723447
50.86172


Percobaan 4.2





Hambatan
100
ohm



No
Tegangan Catu Daya (V)
Arus (A)
Tegangan AC (V)
Rtotal
Rinternal
1
2
2.64
2.14
0.810606061
100.810606
2
4
5.6
4.31
0.769642857
100.769643

Percobaan 4.3




Hambatan
500
ohm



No
Tegangan Catu Daya (V)
Arus (A)
Tegangan AC (V)
Rtotal
Rinternal
1
2
2.6
2.14
0.82307692
500.8230769
2
4
5.16
4.32
0.8372093
500.8372093
  1. Analisis Data
Arus DC
  1. Eksperimen 1 Pengukuran Tegangan
Dengan memvariasikan resistor 50 ohm dan 500 ohm didapatkan pengamatan, bahwa tegangan yang diberikan oleh masing-masing resistor berbeda (berubah). Besar perubahan tegangannya bervariasi, ada yang tidak berubah sama sekali, ada yang 0,2 dan sebagainya ( ada dalam tabel ekperimen 1). Jika dibandingkan antara resistor 50 ohm dengan 500 ohm, tegangan yang lebih besar adalah resistor 500 ohm namun arusnya lebih kecil daripada 50 ohm. Hal ini karena hambatan dan arus berbanding terbalik, sesuai dengan persamaan ini V=IR. Semakin besar hambatannya maka semakin kecil arusnya, otomatis tegangannya juga semakin besar.
  1. Eksperimen 2 Pengukuran Arus
Dalam ekperimen ini digunakan 2 buah resistor, 50 ohm dan 100 ohm. Titik-titik data kami berada pada garis lurus. Dalam pengamatan yang telah kami lakukan, data kami menunjukan bahwa hambatan pengukuran yang tidak jauh berbeda dengan nominal hambatan. Namun perbedaan terbesar berada pada hambatan 100 ohm.
  1. Eksperimen 3 Pengukuran Hambatan
Hambatan yang kami dapatkan tidak sesuai dengan hambatan pada resistor. Hal ini karena pada multimeter terdapat hambatan internal.
  1. Eksperimen 4 Hambatan Sebuah Filamen Tungsten
Pada eksperimen ini, titik-titik data kami berada pada garis lurus. Untuk menyalakan lampu/filamen dibutuhkan hambatan yang kecil yakni 50Ω dan tegangan yang dibutuhkan juga besar yakin 8-12V. Filamen tidak akan dapat menyala pada hambatan 100Ω bahkan dengan volt catu daya mulai dari 8-12V. Kemungkinan ini disebabkan filamen membutuhkan arus yang besar dengan hambatan yang kecil
  1. Eksperimen 5 Dioda Semikonduktor
Dalam eksperimen yang telah kami lakukan, didapatkan perbedaan yang signifikan antara hambatan arus maju dan arus mundur. Kemungkinan hal ini terjadi karena arus tidak dapat melewati dioda arus mundur maka arus listrik akan cenderung mencari arus yang lebih kecil. Sedangkan pada dioda arus maju, arus menjadi lebih besar daripada dioda arus mundur.
Arus AC
  1. Eksperimen 1 Pengukuran Tegangan
Dalam Eksperimen ini, kami mendapatkan Vrms yang berkisar antara 9,86-10,60. Dalam pengukuran tegangan pada catu daya kami mendapatkan perbedaan tegangan yang diberikan oleh catu daya dengan bacaan pada multimeter. Hal ini mungkin saja catu daya mengalami keeroran dalam mentranfisikan tegangannya atau multimeternya memiliki hambatan internal.
  1. Eksperimen 2 Kontrol Output
Dalam eksperimen ini, kami mendapatkan tegangan AC lebih besar daripada tegangan DC. Kemungkinan hal ini terjadi karena multimeter yang digunakan lebih teliti pada pengukuran DC, sehingga data yang didapatkan pada pengukuran AC tidak ankurat.
  1. Eksperimen 4 Impedansi catu daya
Pada eksperimen 4 kami mendapatkan masalah pada catu daya, catu daya yang kami gunakan tiba-tiba tidak kuat. Catu daya yang kami gunakan hanya mampu mengukur pada tegangan 4 volt pada setiap resistor 50 ohm, 100 ohm, 500ohm.

  1. Kesimpulan
Kesimpulan dari keseluruhan Ekperimen ini adalah besar arus yang mengalir dipengaruhi oleh besarnya hambatan dan tegangan dari sumber daya. Sumber listrik tidak selalu sesuai dengan yang tertera dikarenakan di dalam sumber listrik juga memiliki hambatan internal yang mempengaruhi arus tersebut. Semakin besar hambatan dan semakin kecilnya arus yang keluar dari sumber daya (catu daya) maka semakin kecil arus yang mengalir pada rangkain listrik.  

- Copyright © CorreyAnanta.com - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -